Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

27 Mei 2017

ZIARAH GUA MARIA BUKIT KANADA - RANGKASBITUNG = BANTEN

 Ziarah Gua Maria Bukit Kanada


Pada hari Kamis, tanggal 25 Mei 2017, Hari Kenaikan Yesus Kristus ke Surga dan bulan Devosi kepada Bunda Maria, Lingkungan Santa Theresia mengadakan Ziarah Gua Maria bukit Kanada - Rangkasbitung - Serang - Banten dengan jumlah peserta (59 orang) mulai yang berumur 2 tahun hingga 77 tahun. 

Mendapatkan karunia Khusus kesembuhan bagi para sesepuh lingkungan yang pada saat ini mulai mendapat pencerahan kesehatan dari Tuhan dan Juru Selamat Yesus Kristus.


Gua Maria Bukit KaNaDa Rangkasbitung


Dalam tradisi agama Katolik, keberadaan gua Maria punya sejarah panjang. Bunda Maria beberapa kali menampakan diri pada orang-orang terpilih. Penampakan yang paling terkenal adalah penampakan Bunda Maria kepada Bernadette Soubirous di  Gua Massabielle (=Batu Besar), di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes, Perancis pada tahun 1858. Ketika Bernadette berjumpa dengan seorang wanita yang mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna terang, yang di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat di gua Massabielle, Bernadette menanyakan nama wanita itu. Kemudian wanita itu mengangkat tatapannya ke surga, dan kemudian dengan mengatupkan tangannya ke dada, ia berkata kepada Bernadette dalam bahasa Occitan (bahasa yang dipakai di bagian selatan Perancis):

“Que soy era Immaculado Councepciou!” (“Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa”)
Di kemudian hari, gua tersebut menjadi tempat ziarah paling populer. Tempat ziarah ini pulalah yang kemudian menjadi inspirasi untuk membuat tempat ziarah serupa pada komunitas Katolik setempat. Dari situ muncullah tempat ziarah gua Maria di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia yang salah satunya adalah Gua Maria Bukit KaNaDa Rangkasbitung.

Suatu Kerinduan

Berawal dari ajakan Paus Yohanes Paulus II, ketika mengumandangkan tahun Maria pada Pesta Santa Maria Bunda Allah tanggal 1 Januari 1987, umat Paroki Santa Maria Tak Bernoda ikut ambil bagian dalam rangka merefleksikan diri dan dalam rangka menyambut Tahun Maria, dengan bertekad bulat dan berkemauan keras mempersembahkan kepada Tuhan dan kepada BundaNya suatu kenangan monumen rohani, yaitu Gua Maria. Harapannya dengan adanya Gua Maria, umat semakin akrab dalam berkomunikasi dengan Tuhan lewat perantaraan Bunda Maria. Per Mariam ad Jesum.
Perwujudan Gua Maria itu didukung oleh kerinduan hati umat untuk menghadirkan Bunda Maria di tengah-tengah hidup dan kehidupan mereka – maklum kebanyakan dari warga paroki berasal dari daerah yang kebetulan tidak jauh dari tempat ziarah seperti Sendangsono ataupun Sriningsih. Diharapkan bahwa Gua Maria itu dapat memenuhi harapan umat beriman dalam rangka mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih kepada Tuhan melalui Bunda Maria.

Awal Perjuangan

Atas kesepakatan bersama, maka dimulailah perjuangan umat paroki untuk mewujudkan cita-cita mereka, yaitu menghadirkan sebuah rumah bagi Bunda Maria dengan membangun Gua Maria. Tidak ada bayangan sama sekali mengenai lokasi bangunan, dana dan persetujuan dari Bapak Uskup Bogor waktu itu, Mgr. Ignatius  Harsono (alm.). Namun berkat usaha pendekatan yang dilakukan oleh para pastor yang berkarya di Paroki Santa Maria Tak Bernoda waktu itu –RD. Benyamin Sudarto dan RD. Stefanus Maria Sumardiyo AP – serta dukungan berupa doa dari segenap umat, akhirnya Bapak Uskup Mgr. Ignatius Harsono merestui dan mendukung usaha umat paroki untuk membuat Gua Maria, walaupun saat itu umat belum memiliki apa-apa, kecuali tekad dan kemauan untuk membangun Gua Maria.

Setelah mendapat restu dari Bapak Uskup, langkah selanjutnya adalah membentuk Panitia Pembangunan Gua Maria (PPGM) yang diketuai oleh Sr. Gerarda, SFS, wakilnya Bapak Jacobus Laba, sekretaris Bapak Albertus Seman, Seksi Pembangunan Bapak Yoseph Sakino Tjahjadi. Dengan terbentuknya PPGM, maka dimulailah perjuangan umat untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membangun Gua Maria. Pihak panitia mulai mengadakan pendekatan dengan Ketua Dewan Paroki maupun dengan Pimpinan Konggregasi Suster Fransikanes Sukabumi (SFS). Akhirnya diperoleh suatu persetujuan untuk dapat menggunakan sebagian tanah yang dikelola oleh para Suster SFS di Rangkasbitung. Tanah tersebut terletak di Kampung Narimbang Desa Jatimulya, satu komplek dengan (Sekeloah Perawat Kesehatan) Misi Lebak (sekarang AKPER Yatna Yuana Lebak), yang dianggap terbaik untuk lokasi Gua Maria. Selain izin yang diperoleh dari Pimpinan Suster Fransiskanes Sukabumi, Panitia juga mengusahakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dengan bermodalkan izin dari Bapak Uskup, Pimpinan Suster SFS, Izin Mendirikan Bangunan yang diperoleh, serta sedikit dana, maka PPGM mulai melangkah lebih maju ke arah kegiatan pembangunan.

Pembangunan Dimulai

Sebelum pembangunan dimulai, Panitia mengadakan survey lokasi,  merancang bangunan Gua Maria, kapel dan jalan Salib dengan bantuan Bapak Yakobus Ngadinun (umat Paroki Kristus Raja Serang), serta mulai diadakan pengumpulan dana baik dari warga paroki melalui kotak sumbangan suka rela yang diletakkan di Gereja, maupun dari donatur luar Paroki.

Untuk menciptakan suatu gua yang bernuansa alami, maka dipilihlah bahan struktur gua dari batu karang. Batu karang tersebut dikirim dari Pantai Carita Labuan oleh Bapak Yakobus Ngadinun

Model patung Bunda Maria yang digunakan saat ini adalah Patung Maria Lourdes yang berasal dari sumbangan seorang donatur pemilik Rumah Makan Ayam Bulungan Jakarta atas usaha Bapak Almarhum Andrie Mamonto.

Setelah patung Bunda Maria berada di tengah umat paroki, maka hati segenap umat terus terpanggil untuk segera mengambil bagian aktif dalam mewujudkan niat dan program panitia. Spontanitas umat tak dapat terkira, sehingga tak jarang pihak panitia merasa rikuh bila tidak menyediakan makanan kecil dan minuman. Panitia juga membuat jadwal kerja bakti yang melibatkan semua lingkungan. Di dalam kerja bakti itulah terlihat kerjasama dan persatuan yang akrab antara ‘gembala’ dan ‘domba’.

Awal mula peletakan batu pertama hanya dengan modal 1 sak semen dari Ibu Tan Bie Kiem (alm) – Toko Berkah pada awal bulan Maria, tanggal 1 Mei 1988. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh Pastor Paroki, RD. Benyamin Sudarto, kemudian disusul berturut-turut oleh; Sr. M Gerarda, SFS, Bpk. Jacobus Laba, Bpk. Albertus Seman P, Sr. Aloysia, SFS, dan RD. Stefanus Maria Sumardiyo AP. Melalui kerja sama yang baik dan kerja keras dari semua pihak, maka pembangunan fisik Gua Maria mulai berjalan sesuai dengan apa yang diprogramkan oleh panitia juga didukung dengan doa dari para warga paroki. Selain tukang sebagai tenaga trampil yang dibayar, para umat yang dikerahkan oleh lingkungan masing-masing dalam kerja bakti selama 17 minggu telah kelihatan wujudnya. Pembangunan Gua Maria akhirnya dapat terwujud akhir bulan Juni 1988, menyusul pembangunan kapel sebagai sarana untuk Perayaan Ekaristi bagi para peziarah. Pembangunan kapel selesai pada bulan Juli 1988. Layaknya Gua Maria pada umumnya yang dilengkapi dengan sarana jalan salib, maka Panitia Pembangunan juga memprogramkan pembangunan sarana jalan salib yang akan melintasi lokasi Gua Maria. Pembangunan fisik Gua Maria dan Kapel memang belum sempurna, namun hal ini tidak mengurangi niat umat untuk terus mewujudkan cita-cita mereka. 

Peranan para Muda-Mudi Katolik (Mudika) Rangkasbitung

Mudika (sekarang bernama OMK – Orang Muda Katolik) Rangkasbitung dalam pembangungan Gua Maria tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebelum dan ketika Gua Maria dibangun, Mudika St. Yoseph (nama Mudika waktu itu) terlibat aktif dalam pengumpulan dana untuk pembangunan Gua Maria dengan antara lain dengan berjualan makanan.
Sejak peletakan batu pertama, Mudika pun terlibat aktif dalam pembangunan Gua Maria. Bukan hanya itu saja, setelah Gua Maria selesai dibangun, Mudika juga juga melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar, antara lain dengan melakukan pertandingan volley di lapangan yang saat ini menjadi lapangan parkir Gua Maria.
Ketika situasi keamaan saat itu kurang kondusif, Mudika secara bergilir berjaga, melakukan ronda di Gua Maria. Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ketika bulan peziarahan berlangsung (Mei dan Oktober), Mudika melakukan pencatatan tentang jumlah para peziarah, mencatat nomor kendaran serta melaporkan kepada aparat terkait.

Nama Gua Maria

Nama yang diambil untuk Gua Maria yang berada di wilayah Paroki Santa Maria Tak Bernoda ini adalah Gua Maria “Bukit Kanada”. Bukit: Merupakan tempat yang umumnya digunakan untuk pertemuan manusia dengan Allah. Hal ini terjadi baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.  Maka, diharapkan pengalaman tersebut juga dialami oleh para peziarah yang datang ke Gua Maria ini. Kanada: Nama ini memang mirip dengan nama sebuah negara di benua Amerika. Sebenarnya nama KANADA tersebut hendak menunjukkan lokasi Gua Maria, yang memang terletak di KAmpung NArimbang DAlam di Rangkasbitung, Desa Jatimulya, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Tempat ziarah Gua Maria “Bukit Kanada” juga dilengkapi dengan ruang doa atau meditasi agar umat yang hendak menyampaikan intensi khusus kepada Allah melalui perantaraan Bunda Maria dapat berdoa dengan lebih tenang.


Gua Maria Bukit Kanada berada dalam wilayah Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung ~ Keuskupan Bogor. Berlokasi 2,5 kilometer di sebelah Timur kota Rangkasbitung, rute jalan raya Rangkasbitung ke arah Bogor. Tidak jauh dari Gua tersebut terdapat Akademi Keperawatan (AKPER) YATNA YUANA (yang dikelola oleh para Suster SFS) yang masih dalam satu komplek.

Dengan menggunakan 1 bus dan berangkat sejak pukul 05.00 WIB, dan sampai dipelataran parkir yang berada di areal parkiran 
Gua Maria Bukit Kanada pukul 08.00 WIB, langsung dilanjutkan jalan salib.

Usai jalan salib, lalu dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi yang bertempat di kapel. Atap langitnya sangat tinggi dan berbagai tiang yang terbuat dari kayu menyangga atapnya. Lantainya dari keramik. 





Semoga jalan salib yang sudah dilakukan bisa membuka hati dan pikiran hal – hal mana saja yang masih kurang. Inilah inti dari perjalanan peziarahan, mana yang perlu dalam kehidupan. Semoga dengan jalan salib dan Ekaristi kita semakin didekatkan pada Allah. 


Dan usai melakukan ziarah ke Gua Maria - Bukit Kanada, dilanjutkan dengan wisata ke pantai Anyer, pukul 13.00 WIB. Tiba dipantai Anyer jam 15:00 hingga jam 18:00 kami kembali ke Jakarta.

Semoga dengan perjalanan ziarah kali ini, kami umat lingkungan Santa Theresia - Patria Jaya semakin menambah rasa kerukunan, saling mengenal serta persaudaran yang erat diantara umat.


Photo-photo kegiatan Ziarah ke Gua Maria - Bukit Kanada, Rangkasbitung, Serang, Banten


Silahkan Klik :  
Photo Lainnya